Puisi: Kita Bisa Rapuh Tapi Tak Boleh Jatuh |
Dulu di kampung orang biasanya sangat merindu durian yang jatuh dari pohon, durian jatuh relatif lebih harum dan manis kita kenal peribahasa 'seperti mendapat durian rutuh'.
Dalam arti konkret diksi "jatuh" banyak kita temukan dalam percakapan keseharian.
Buah embacang jatuh buah kebembem, nangka, sawo kadang jatuh jika sudah terlalu masak.
Saat ku masih remaja beberapa kali tetanggaku jatuh dari pohon kelapa lalu ayahku ikut memberi obat buatan sendiri.
Diksi "jatuh" dalam arti kiasan cukup banyak melimpah dalam narasi-narasi yang hidup dalam lorong-lorong kehidupan kita. Jatuh sakit, jatuh harga, jatuh miskin, jatuh omong, jatuh cinta, jatuh karena ada kasus( korupsi, perkawinan, dan sebagainya) ada peribahasa yang cukup populer "sudah jatuh tertimpa tangga"
Diksi "jatuh" belum lama ini jadi trending topik di medsos, ada anggota parlemen yang jatuh sesudah membaca laporan di gedung parlemen ada pejabat yang akan dijatuhkan karena perbuatannya melawan kode etik ada pejabat yang didorong untuk jatuh karena telah beberapa tahun takmampu menangkap DPO.
Jatuh dan jatuh itu sesuatu yang bisa saja terjadi buah-buahan masak di pohon juga bisa jatuh dan rasanya malah lebih maknyus dari yang di peram dengan karbid.
Namun kita harus sangat hati-hati, utamanya kaum lansia agar kita tidak jatuh.
Jatuh konkret atau jatuh kiasan dalam banyak kasus jatuh di kamar mandi atau jatuh didepan tempat tidur bisa berujung pada kematian.
Kita semua lansia dan yang belum lansia berjuang tanpa lelah untuk hanya jatuh di haribaan Allah Yang Maha Kasih.
Weinata Sairin
Teologi dan Aktivis Dialog Kerukunan
Posting Komentar untuk "Puisi: Kita Bisa Rapuh Tapi Tak Boleh Jatuh"