Peranan Agama dalam Menumbuhkan Mental Anti Fraud |
Oleh : Idat Mustari
Mantan Praktisi Perusahaan Pembiayaan, Motivator dan Advokat
Kabaran Jabar, - Kata Fraud tentu sangat akrab ditelinga para pekerja di lingkungan perusahaan jasa keuangan dalam hal ini dunia perbankan, termasuk BPR (Bank Perekonomian Rakyat).
Secara literal, fraud adalah sebuah istilah yang berasal dari bahasa Inggris yang memiliki arti kecurangan.
Fraud bisa terjadi dimana saja dan oleh siapa saja, baik itu pegawai pada Front Office (Teller dan CS), Back Office (AO danAdmin kredit), Petugas Lapangan (Collector dan MO) Kepala Cabang, sampai ke jajaran Direksi dan Komisaris. Bisa dilakukan secara sendirian atau pun berjamaah.
Sebenarnya ajaran agama punya pengaruh besar bagi setiap individu yang bekerja di dunia perbankan atau pun perusahaan pembiayaan, jika nilai-nilai agama dihayati—diamalkan.
Pembentukan mental anti fraud sangat besar dipengaruhi oleh setiap individu. Ketika seseorang tidak mampu mengendalikan dirinya maka sangat mudah untuk melakukan fraud.
Kadang banyak orang, tidak sadar bahwa nilai-nilai keagamaan begitu penting dalam hidup ini. Keseimbangan dan kesentosaan hidup akan tercipta tatkala setiap manusia menjalankan nilai-nilai keagamaan dalam kesehariannya secara konsisten.
Akan tetapi, realitas hidup membuktikan masih banyak di antara kita yang menjadikan agama (hanya) sebagai symbol. Apabila setiap manusia berpegang teguh pada suara hatinya yang bersih (nurani), dia akan menyuarakan kebenaran dan kesucian, karena hal itu merupakan fitrah Allah.
Agama dalam konteks etika dan moral posisinya sama dengan asal muasal suara kebenaran dan kesucian.
Ketika seseorang tetap memegang teguhnya, maka dia akan mengejawantahkan perilaku yang baik, mulia, agung, dan luhung.
Dalam Islam, inilah yang disebut dengan akhlakul karimah.
Prof Nurcholis Madjid dalam "Masyarakat Religius" (2010:90), mengatakan, agama bukanlah sekadar tindakan ritual seperti shalat dan berdoa semata.
Lebih jauh dari itu, agama merupakan keseluruhan perilaku umat manusia yang dilakukan demi memperoleh ridha Tuhan, di mana perilaku tersebut membentuk keutuhan dirinya sebagai makhluk berbudi luhur (akhlak karimah).
Agama yang menghasilkan nilai, etika, dan moralitas, sangat berperan dalam membentuk karakter diri seseorang. Siapapun yang terlibat dengan posisi dan jabatan apa pun di lingkungan perbankan atau perusahaan jasa keuangan, ketika mereka menjadikan nilai Agama sebagai sumber suara kebenaran yang diimplementasikan secara praktis ke dalam wujud integritas diri, kejujuran, keberanian, kesadaran moral. Inilah yang pada hakikatnya sebagai cikal bakal mental anti fraud.
Posting Komentar untuk "Peranan Agama dalam Menumbuhkan Mental Anti Fraud"