Kabaran Jabar, - Sejak masa lampau, masyarakat Indonesia telah menjadikan ramuan herbal sebagai sahabat dalam menjaga kesehatan.
Tradisi ini terus hidup hingga kini, menjadi bagian dari warisan budaya yang tak lekang oleh zaman.
Dalam semangat pelestarian itu, Dinas Kesehatan Kota Cimahi berkomitmen mengintegrasikan layanan kesehatan tradisional ke dalam sistem kesehatan yang lebih modern dan holistik.
Dalam pertemuan yang digelar Selasa, 22 April 2025, bertempat di Gedung C Lantai 1 Komplek Pemerintah Kota Cimahi, Kepala Dinas Kesehatan, Dr. Mulyati, S.Kep.,Ners.,M.Kes, menegaskan bahwa pelayanan kesehatan tradisional terbagi dalam tiga jenis utama:
1. Empiris,
2. Komplementer, dan
3. Integrasi.
Antusiasme masyarakat terlihat dari jumlah kunjungan ke Puskesmas, yang mencatat data sebagai berikut:
Januari: 1.173 orang
Februari: 1.872 orang
Maret: 970 orang
Beberapa layanan yang mulai diberikan termasuk akupresur di Puskesmas Pasirkaliki, pijat baduta di Citeureup, dan hipnoterapi di Cibeureum. Sementara itu, puskesmas lainnya masih fokus pada edukasi serta pemberian ramuan tradisional.
Hingga triwulan pertama tahun 2025, terdata 30 kelompok Asuhan Mandiri (Asman) TOGA aktif. Namun, Puskesmas Pasirkaliki belum memiliki TOGA dan ruang terbuka hijau (RTH) karena keterbatasan lahan.
Adapun jumlah penyehat tradisional (Hattra) di Kota Cimahi saat ini tercatat sebanyak 268 orang, dengan rincian sebagai berikut:
Ramuan: 47 orang
Teknik manual (pijat, akupresur): 212 orang
Teknik energi: 2 orang
Teknik kombinasi: 7 orang
Teknik olah pikir: 0 orang
Sayangnya, dari jumlah tersebut, hanya 11 Hattra yang telah memiliki Surat Terdaftar Penyehat Tradisional (STPT). Padahal STPT merupakan syarat wajib bagi mereka yang memberikan layanan empiris dan tidak bersifat invasif.
"Ini menjadi tantangan tersendiri bagi dinas kesehatan dalam hal pendataan, pembinaan, dan pengawasan," jelasnya.
Sebagai bentuk dukungan terhadap program Wali Kota Cimahi dalam penyelenggaraan layanan kesehatan tradisional, Dinas Kesehatan berencana membentuk Griya Sehat yang akan dibangun di Puskesmas Pembantu Cimenteng.
"Area ini juga akan ditanami Tanaman Obat Keluarga (TOGA) dan didukung oleh tenaga kesehatan yang telah mendapat pelatihan dari Dinkes Provinsi Jawa Barat," ungkap Mulyati.
Pertemuan ini menjadi tonggak awal kolaborasi lintas sektor demi mendorong layanan kesehatan tradisional yang lebih tertata. Harapannya, pelayanan kepada masyarakat semakin maksimal dan pembinaan terhadap penyehat tradisional maupun kelompok Asman TOGA bisa berlangsung lebih efektif.
Tak lupa, seluruh pihak diimbau untuk mengirimkan laporan pelayanan kesehatan tradisional tepat waktu, maksimal tanggal 5 setiap bulan.
"Dengan kerja sama semua unsur, Cimahi siap menjadi contoh dalam menjaga warisan leluhur sekaligus memperkuat sistem kesehatan masyarakat," pungkasnya.
Pewarta: Mas Bons
Editor: Warsono
Ikuti saluran Kabaran Jabar Portal Informasi di WhatsApp:
0Komentar