Citra Politik dan Partai Politik di Indonesia

Citra Politik dan Partai Politik di Indonesia


Kabaran Jabar, - DALAM sebuah kunjungan ziarah disalah satu makam keramat yang ada di Purwakarta, kami bertemu dengan seorang sesepuh ulama yang rumahnya berada di dalam area sekitar makam tersebut. Mahfum bagi kami dalam melakukan ziarah apabila masih ada sesepuh yang hidup maka harus menemuinya terlebih dahulu sebelum menemui ahli makam.

Kami memperkenalkan diri sebagai jamaah sholawat dan menyebutkan dari mana berasal. Kagetnya hal itu justru ditimpali beliau dengan mengurut silsilah orang-orang tua dimana kami berasal yang menandakan beliau sangat mengenal dan memahami kami.

Lalu pada sesi selanjutnya beliau menanyakan pekerjaan yang kami lakukan untuk menafkahi kehidupan selama ini, hingga pada akhirnya identitas kami secara terbuka disampaikan oleh seorang muhibbin beliau bahwa kami adalah orang partai politik.

Begitu ia mendengar partai politik. Beliau yang dikenal jauh dari aktivitas politik, apalagi partai politik langsung berkata bahwa partai politik adalah salah satu instrumen yang seringkali menyebabkan perselisihan, perbedaan, perpecahan dan prilaku yang tidak baik ditingkat masyarakat dari mulai elit sampai dengan arus bawah.

Betapa kagetnya kami mendengar pendapat beliau yang sangat apatis dan apriori tersebut, sudah begitu negatifkah citra politik dan partai politik di Indonesia?

Padahal partai politik adalah instrumen kehidupan negara yang diniscayakan keberadaanya dalam konstruk konstitusi negara kita. Tidak ada pintu kekuasaan dan pengelolaan negara di ruang eksekutif dan legislatif selain daripada pintu partai politik.

Sejak kemerdekaan republik ini telah bermunculan berbagai partai politik yang digawangi oleh para tokoh nasional dengan berbagai macam ideologi, idealisme, dan latar belakang yang mengikutinya.

Bangsa Indonesia adalah bangsa majemuk dan heterogen maka wajar apabila semua elemen bangsa memiliki cita-cita, kondisi ideal dan visi misi yang tidak tercerabut dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Tidak ada yang salah dalam heterogenitas dan kondisi majemuk itu, malah menjadi sumberdaya potensi mumpuni bangsa ini dalam meraih kebaikan bersama-sama.

Nasionalisme, demokrasi, ideologi, platform sektoral, agama, segmen profesional bersatu padu dalam mewujudkan Bangsa Indonesia yang adil makmur, sejahtera seperti cita-cita undang-undang dasar 1945.

Semuanya bisa berpikir dan bekerja keras dengan landasan latar belakang dan kelompoknya demi satu tujuan mengisi kemerdekaan dengan kiprah terbaiknya, tidak ada yang salah dengan itu semua. Kesalahan terjadi ketika semua latar belakang itu dijadikan senjata dan kampanye oleh semua pihak dan tidak dijadikan landasan azas berpikir dan bergerak.

Kembali pada cerita kami diatas,

Ketika beliau mengatakan seperti itu kami menjelaskan bahwa partai kami adalah partai yang memiliki platform dan visi misi yang berangkat dari nilai-nilai ideologi/aqidah ASWAJA. Oleh karenanya, secara tidak langsung kami berkewajiban menjaga, mengamalkan dan melestarikan ajaran tersebut. Tanpa tedeng aling-aling beliau langsung berucap “masukkan abah dalam kepengurusan partai”!!!

Kami luarbiasa kaget dengan tanggapan yang begitu cepat dari beliau. Selanjutnya, kami menyadari bahwa kedekatan pemikiran, kesamaan pemahaman, keluasan cara pandang bisa menjadi instrumen dan semangat untuk bergerak mewujudkan cita-cita bersama. Hal sama yang pernah dilakukan oleh para sesepuh dan pendiri bangsa ini dahulu.

Dalam berpikir dan bergerak, mereka, para sesepuh dan pendiri bangsa ini dahulu tidak menampilkan identitas latar belakangnya. Hal ini karena mereka lebih menampilkan cita-cita dan pencapaian bersama yang dilatarbelakangi oleh pemahaman substantif atas Nasionalisme, demokrasi, ideologi, platform sektoral, agama, segmen profesional. Alhasil, politik identitas tidak menjadi pemicu perpecahan malah menjadi pemicu persatuan dan kesatuan.

Perkembangan dan perjalanan masa kini yang dipenuhi oleh modernisasi, tekhnologi, percepatan informasi. Hal-hal yang saat ini mulai mengaburkan dan membuat kita tercerabut dari identitas bangsa yang heterogen dan majemuk.  Buktinya, hari ini banyaknya pikiran dan gerakan yang mengedepankan bahkan cenderung fanatik atas identitas dasar kelompok-kelompok dan tidak mengedepankan platform dan visi misi bersama.

Para sesepuh dan pendiri bangsa tidak berbicara tentang nasionalisme sektoral ketika berbicara tentang kemerdekaan. Mereka tidak berbicara agama ketika berbicara tentang kebaikan bersama, mereka tidak berbicara tentang demokrasi ketika berbicara tentang bermusyawarah dengan baik dan mereka tidak berbicara sektoral dan profesional ketika berbicara tentang berpikir dan bergerak bersama-sama.

Itulah substansi kiprah dan gerakan politik yang dicontohkan para founding fathers bangsa ini. Dan sesungguhnya mereka telah mewariskan nilai dan sumberdaya mumpuni bagi para penerusnya dengan pemahamannya yang menyeluruh.


Oleh: Sona Maulida Roemardhie Ketua DPC PKB Purwakarta

Posting Komentar untuk "Citra Politik dan Partai Politik di Indonesia"

https://jabar.kabaran.id/?m=1
https://jabar.kabaran.id/?m=1