Kontribusi Sucker Head Kembangkan Genre Thrash Metal di Tanah Air |
Kabaran Band, - Sucker Head, didirikan pada tahun 1989, adalah kelompok musik Thrash metal asal Jakarta. Bersama dengan Rotor dan Roxx, mereka menjadi pionir dalam pergerakan musik Metal di Indonesia.
Semua bermula dari komunitas yang sama, yaitu Pid Pub, sebuah pub di daerah Pondok Indah yang menjadi tempat berkumpul bagi anak-anak metal Jakarta. Ini sejarah yang kaya dan kontribusi Sucker Head dalam mengembangkan genre Thrash metal di tanah air.
SUCKER HEAD
Suckerhead, awalnya dikenal sebagai Sakerhets pada tahun 1989, berasal dari Jakarta, Indonesia, dan aktif dalam genre Thrash metal dan Heavy metal. Mereka telah berperan penting dalam kancah musik metal tanah air sejak awal berdiri. Nama lain yang pernah digunakan adalah Sakerhets.
Anggota Suckerhead melibatkan Nano/Roseno Soeryadi dan Jaya di posisi gitar, sementara Krisna J. Sadrach (alm.) merupakan mantan anggota yang mengisi bass dan vokal. Beberapa mantan anggota lainnya termasuk Imran St. Sati (vokal), Irfan Sembiring (alm.) dan Yaya Wacked/Muhammad Yahya Sanjaya (vokal), serta beberapa personel lainnya yang telah berkontribusi dalam perkembangan grup ini.
Suckerhead memiliki sejarah panjang di dunia musik metal Indonesia, dan label-label seperti Aquarius Musikindo, Pony Canyon, Krossover Records/Trinity Optima, dan Armstretch Records telah menjadi bagian dari perjalanan mereka. Meskipun pernah tidak aktif pada periode tertentu, mereka kembali aktif pada tahun 2022.
Pada tahun 1989, Sakerhets, yang kemudian menjadi Sucker Head, melibatkan anggota seperti Irfan, Imran, Hendra, Ali, dan Ivan, meskipun tidak terlihat di balik drum.
Menariknya, nama "Sucker Head" diambil dari merk dagang kotak korek api batang cap koin, dengan tulisan aslinya adalah "Sakerhets-Tandstickor".
Pada tahun 1987, secara tidak sengaja sebuah komunitas penggemar musik metal di Pid Pub, sebuah pub kecil di kawasan Metro Pondok Indah. Setiap malam minggu, diadakan konser kecil-kecilan yang dikelola bergantian oleh masing-masing band.
Dalam kurun waktu dua tahun, komunitas ini tumbuh menjadi lebih besar, merambah keluar Jakarta, bahkan mencapai tingkat internasional.
Pada tahun 1989, band ini pertama kali berdiri dengan nama Sakerhets dan memiliki formasi awal yang terdiri dari Irfan Sembiring (gitar), Ali "pohon" Akbar (gitar), Imran St. Sati (vokal), Hendra Priyatna (bass), dan Ivan Tampubolon (drums).
Formasi ini melakukan penampilan perdana di SMAN 6 Jakarta pada tanggal 3 September 1989, membawakan lagu-lagu dari Slayer seperti "Mandatory Suicide" dan "Behind the Crooked Cross."
Meskipun kesibukan para personil membuat band ini tidak dapat berlanjut, Ali kemudian dikenal sebagai vokalis Whizzkid. Sementara itu, Imran St. Sati terkenal sebagai seorang sound engineer yang telah bekerja dengan berbagai band terkenal seperti Ungu, ADA Band, Radja, Dewi Sandra, Boomerang, Leony V. H., Rotor, dan Sucker Head.
Selain itu, Imran juga menjadi ayah dari gitaris metal cilik Mika Rafello, yang mendapatkan nominasi AMI Award untuk produksi metal terbaik pada tahun 2021.
Setelah beberapa pergantian personel, Irfan Sembiring (gitar), Krisna J Sadrach (bass), Yaya Wacked (vokal), Nano/Roseno Soeryadi (gitar), dan Doddy Prijambodo (drums) melanjutkan perjalanan band ini.
Nama Sucker Head diambil dari merk dagang sebuah kotak korek api batang cap koin, yang aslinya adalah Sakerhets-Tandstickor.
Perubahan nama ini terjadi karena kesalahan Yaya dalam penulisan saat memberikan nama band kepada panitia acara di Pamsos SMA 6 Jakarta pada awal tahun 1990. Nama Sucker Head kemudian diakui dan digunakan secara resmi oleh band ini.
Sucker Head mengembangkan repertoarnya dengan membawakan lagu-lagu dari Kreator, grup thrash metal asal Jerman. Selanjutnya, mereka juga menambahkan lagu-lagu dari Sepultura ke dalam repertoar pertunjukan mereka.
Pada akhir tahun 1990, Yaya Wacked dikeluarkan karena perbedaan pendapat dan upaya untuk bersolo karier, meskipun akhirnya ia membentuk kembali band Grausig yang sebelumnya masih dalam tahap rintisan.
Demikian pula, Doddy mengundurkan diri karena kesibukan sekolah. Alfredo Anaduta menggantikan posisi Doddy, sementara Irfan memegang posisi vokal sendiri sambil tetap memainkan gitar. Krisna mulai mengisi vokal untuk lagu-lagu dari Sepultura. Perubahan ini mencerminkan dinamika dan transformasi dalam formasi dan arah musikal Sucker Head pada masa tersebut.
Muhammad Yahya Sanjaya, yang dikenal sebagai Yaya Wacked, merupakan salah satu personel awal Suckerhead dan pendiri Grausig. Lahir pada dekade awal 60-an, Yawek, panggilan akrabnya, terlihat tengah melakukan lompatan slam dancing pada kerumunan massa kegiatan musik Hammersonic, seperti yang terlihat pada foto oleh Joko Widodo.
Formasi ketiga Sucker Head terbentuk pada Januari 1991 dengan komposisi Irfan Sembiring (gitar & vokal), Nano (gitar), Krisna (bas & vokal), dan Alfredo Anaduta (drums).
Pada tahun 1992, saat Sucker Head sedang naik daun di dunia musik metal Indonesia, mereka mulai menciptakan lagu-lagu sendiri untuk merilis album. Namun, semakin banyak lagu terkumpul, semakin terasa bahwa Irfan memiliki idealisme yang berbeda dari anggota lainnya. Akhirnya, secara mengejutkan, Irfan memutuskan untuk mengundurkan diri dari Sucker Head dan membentuk band baru yang diberi nama Rotor.
Setelah Irfan meninggalkan Sucker Head, posisinya sempat diisi oleh Jaya, gitaris Roxx, yang tampil beberapa kali bersama band. Selain itu, ada juga RM. Sri Seto Cokro (ex Thrash, No Bra, Rotor), yang mengisi posisi tersebut setelah sebelumnya mengundurkan diri dari Rotor karena kesibukannya di kampus.
Namun, akhirnya posisi Irfan digantikan oleh Untung Widjanarko, seorang gitaris thrash metal asal Cimahi, Bandung. Untung sebelumnya merupakan vokalis sekaligus gitaris Jamrock, yang merupakan cikal bakal dari band Jamrud.
Formasi keenam Sucker Head terdiri dari Krisna J. Sadrach (bas & vokal), Nano/Roseno Soeryadi (gitar), Untung Widjanarko (gitar), dan Alfredo Anaduta (drums).
Pada awal tahun 1994, Sucker Head memulai kembali proses pembuatan lagu untuk melengkapi materi album pertama mereka. Namun, mereka mengalami kendala karena Alfredo masih bersekolah di SMA. Sebagai solusi cepat, keputusan diambil untuk merekrut drummer baru, yaitu Robin Hutagaol, yang pada saat itu masih bermain di Grausig.
Yachya Wacked, Robin Hutagaol, dan Jorghi Soebagio adalah formatur awal Grausig pada era demo rekaman langsung single "Doomsday". Yachya dan Robin sebelumnya merupakan bagian dari Sucker Head, dengan Yachya sebagai vokalis awal dan Robin sebagai drummer di album "The Head Sucker".
Rivalitas antara Sucker Head dan Grausig tercermin dalam produktivitas karya mereka. Selama dekade 90-an, Sucker Head merilis empat album sementara Grausig meluncurkan tiga album, termasuk "Vision of Enslaved Upon my Lizard Side" yang sayangnya tidak pernah masuk dapur rekaman.
Kedua kelompok musik ini berperan penting dalam membentuk skena musik ekstrem bawah tanah di Jakarta, bersanding dengan nama-nama seperti Rotor, Getah, Roxx, dan lainnya. Sementara itu, di Bandung pada akhir tahun 80-an, Rudal sedang menunjukkan kemampuan skill speed metal/heavy metal-nya, berbeda dengan Benny Soebardja yang mengalami penurunan popularitas di era ini setelah perjalanan panjangnya sebagai The Godfather of Indonesian Progrock Underground sejak dekade 60-an.
Pada tahun 1995, Sucker Head mencapai kesepakatan dengan label rekaman Aquarius Musikindo untuk merilis album pertama mereka yang berjudul "The Head Sucker." Dengan formasi Krisna (bas & vokal), Nano (gitar), Untung (gitar), dan Robin (drums), album perdana ini mendapat sambutan yang baik dari pendengar.
Keberhasilan tersebut membuat pihak label memutuskan untuk melanjutkan kontrak dengan Sucker Head untuk merilis album-album selanjutnya.
Pada tahun 1996, Sucker Head melanjutkan perjalanan musik mereka dengan merilis album kedua yang berjudul "Manic Depressive." Album ini tetap dipertahankan dengan formasi line-up yang sama seperti sebelumnya, yaitu Krisna (bas & vokal), Nano (gitar), Untung (gitar), dan Robin (drums).
Pada tahun 1998, saat sedang meramu materi untuk album ketiga, Robin memutuskan untuk mengundurkan diri dan membentuk Brain The Machine. Proses pembuatan lagu dan rekaman dilanjutkan dengan penabuh drum baru, yaitu Bakar Bufthaim, yang baru saja keluar dari Rotor. Meskipun baru resmi menjadi bagian dari Sucker Head, Bakar sebenarnya bukan sosok asing karena sebelumnya sering mengisi posisi drum jika Robin berhalangan, dan bahkan pernah mengisi drum di salah satu lagu dalam album "The Head Sucker."
Dengan formasi Krisna (bass & vokal), Nano (gitar), Untung (gitar), dan Bakar (drums), album ketiga "Paranatural" akhirnya dirilis. Menariknya, perilisan ini bersamaan dengan dimulainya krisis moneter di Indonesia. Album ini juga mendapat distribusi di Malaysia melalui label Pony Canyon.
Pada tahun 1999, sebagai perayaan satu dekade berdirinya, Sucker Head merilis album keempat yang diberi judul "10th Agresi." Album ini berisi kompilasi lagu dari tiga album sebelumnya ditambah dengan tiga lagu baru, yang dikemas dengan konsep produksi yang lebih segar.
Pada tahun 2003, para personel Sucker Head kembali mengadakan workshop untuk mencari konsep baru dalam menciptakan lagu-lagu dengan pendekatan musik yang lebih modern, tetapi tetap mempertahankan elemen ekstrem dalam musik metal mereka.
Dengan pengalaman yang mereka dapatkan selama konser sepanjang tahun 2002 dan ditutup dengan tur "Monster of Rock 2002" di Jawa Tengah, Sucker Head menggunakan bekal pengalaman tersebut untuk merancang album kelima. Konsep lagu dalam album ini mereka juluki sebagai "heavy groove & tight metal."
Pada tahun 2002, Untung memutuskan untuk mengundurkan diri dari Sucker Head dan posisinya digantikan oleh Medy/Sumedi Marmono. Kemudian, antara tahun 2005 dan 2007, posisi Medy sempat digantikan oleh Alfa Putra, yang kemudian menjadi bagian dari Boomerang dan saat ini bersama Getah.
Namun, pada tahun 2007, Medy kembali bergabung dengan Sucker Head, mengembalikan keseimbangan dalam formasi band tersebut.
Pada Februari 2004, Sucker Head diundang sebagai grup pembuka untuk konser internasional band Jerman, Helloween, dalam acara bertajuk "Helloween Indonesia Tour 2004."
Pada bulan Desember 2004, Sucker Head merilis album kelima yang diberi judul "Hipertensi." Album ini dirilis melalui label Krossover Records / Trinity Optima.
Sucker Head juga memiliki pengalaman sebagai band pembuka untuk Sodom pada Australia & Far East Tour pada tanggal 18 Juni 2007. Selain itu, mereka juga menjadi band pembuka untuk Soulfly dalam acara Enslaved World Tour di Plaza Selatan Senayan, Jakarta, pada tanggal 21 Oktober 2012.
Pada 2 Agustus 2016, Krisna J. Sadrach meninggal dunia akibat kanker paru-paru. Dalam Magnitude Hammersonic 2017, acara tersebut dijadikan ajang penghormatan kepada almarhum sebagai persembahan khusus dari Sucker Head, yang menampilkan Roy Jeconiah sebagai vokalis dan dibantu oleh Daeng Oktav eks Edane pada bass sebagai penghormatan kepada Krisna.
Pada kesempatan tersebut, juga diluncurkan album terakhir Sucker Head berjudul "Simphoni Kehidupan" melalui Armstretch Records. Album ini sebenarnya sudah selesai sebelum Krisna meninggal, namun belum sempat dirilis. Ini menjadi momen mengharukan dan penghormatan terakhir dari rekan-rekan musisi untuk Krisna J. Sadrach.
Pada 6 September 2021, gitaris Sucker Head, Medy/Sumedi Marmono, meninggal dunia akibat stroke. Kepergian Medy merupakan kehilangan yang mendalam bagi dunia musik, khususnya komunitas Sucker Head.
Pada 17 Maret 2022, drummer Sucker Head, Bakar Bufthaim, meninggal dunia akibat serangan jantung. (Bd20)
Editor: Mas Bons
Posting Komentar untuk "Kontribusi Sucker Head Kembangkan Genre Thrash Metal di Tanah Air"