Menjaga Warisan Budaya: Seni Kuda Lumping
Kabaran Jabar, - Kuda Lumping, sebuah tarian terkenal di Jawa, menggunakan kuda anyaman bambu atau bahan lain yang dipotong menyerupai bentuk kuda, sering disebut sebagai jaran kepang atau Jathilan.
Di Kabupaten Majalengka, khususnya Desa Kertabasuki, ada variasi di mana kuda lumping dibuat dari kayu rotan dan kulit kuda menyerupai kepala kuda atau tokoh pewayangan.
Seni kuda lumping sarat akan kesan mistiknya, terkait dengan tarian, musik pengiring, jampi-jampi, dan aksi kesurupan.
Menurut kepercayaan di desa Kertabasuki, mengganggu atau merusak kuda lumping di makam keramat Nyai Fatimah akan berakibat buruk bagi pelakunya.
Namun, penerus budaya ini, Mang Ahmad, telah merawat kuda lumping warisan nenek moyangnya untuk menjaga tradisi tersebut, menghindari kerusakan yang diyakini dapat menimbulkan kesulitan.
"Untuk menjaga keberlangsungan warisan budaya, saya merawat dan membuat replika kuda lumping tanpa mengurangi keaslian budaya," ungkapnya kepada Kabaran Jabar, Jum'at (15/3/2024).
Begitu juga dengan Kepala Desa Kertabasuki, Arie Azhar, yang memahami sejarah Kuda Lumping dan berharap agar warisan budaya ini tetap dilestarikan.
Mereka menunjukkan perhatian dengan secara rutin mempersembahkan seni tersebut dalam berbagai acara dan perayaan warga.
"Saya berharap ada dukungan khusus dari pemerintah setempat, khususnya dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Majalengka, untuk bersama-sama melestarikan warisan budaya asli Majalengka ini," pesannya.
Azhar juga mengungkapkan bahwa saat ini pelestari budaya kuda lumping Kertabasuki menghadapi kendala dalam memperoleh alat musik tradisional seperti gamelan, suling, dan alat musik lainnya. *
Editor: Mas Bons
Posting Komentar untuk "Menjaga Warisan Budaya: Seni Kuda Lumping"