TfY7GUziTSC9BSGpTSOoBUz7TY==
Light Dark
Dana KIP Raib, 67 Siswa SDN 1 Garumukti Menanti Kepastian

Dana KIP Raib, 67 Siswa SDN 1 Garumukti Menanti Kepastian

Sebanyak 67 siswa di SDN 1 Garumukti, Kecamatan Pamulihan, Kabupaten Garut, hingga Rabu (13/3/2025), masih belum mendapat kepastian.
Daftar Isi
×
Dana KIP Raib, 67 Siswa SDN 1 Garumukti Menanti Kepastian

Kabaran Jabar, - Sebanyak 67 siswa di SDN 1 Garumukti, Kecamatan Pamulihan, Kabupaten Garut, hingga Rabu (13/3/2025), masih belum mendapat kepastian terkait pengembalian dana KIP (Kartu Indonesia Pintar) yang telah dicairkan oleh pihak sekolah sejak beberapa tahun lalu.

Kasus ini mencuat pada Juni 2023, saat pihak sekolah membagikan kartu Simpel sebagai tanda penerimaan bantuan KIP. Namun, ketika rekening koran diperiksa, terungkap bahwa dana tersebut telah dicairkan oleh pihak sekolah tanpa sepengetahuan siswa dan orang tua.

Kini, harapan para siswa dan keluarganya menggantung tanpa kepastian, menunggu kejelasan atas hak yang seharusnya mereka terima untuk mendukung pendidikan mereka.

Suara yang Dibungkam: Orang Tua Siswa di Persimpangan Dilema

"Rekening koran sudah dicek, pihak kepolisian sudah memanggil, tapi tidak ada tindak lanjut. Yang beredar hanya bisikan dari mulut ke mulut, melarang kami melapor ke siapa pun. Jika berani bersuara, kami akan dikucilkan," ungkap salah seorang orang tua siswa, Rabu (13/3/2025).

Di tengah ketidakpastian, mereka terjebak dalam ketakutan dan dilema. Antara memperjuangkan hak anak-anak mereka atau menerima kenyataan pahit tanpa perlawanan.

Laporan Tanpa Jawaban: Harapan yang Kian Pudar

“Sudah dilaporkan ke Bapak Gubernur, tapi hingga hari ini tak ada tindak lanjut,” ujar salah seorang orang tua siswa dengan nada kecewa.

Harapan yang semula menyala perlahan meredup, tertelan ketidakpastian. Mereka hanya bisa menunggu, entah sampai kapan keadilan benar-benar berpihak.

Pasrah dalam Ketidakadilan: Suara yang Tak Didengar

Mereka hanya bisa pasrah, merasa keadilan tak berpihak. Bantuan KIP yang seharusnya menjadi harapan, kini hanya tinggal kenangan bagi keluarga buruh tani dan pekerja serabutan yang berjuang untuk pendidikan anak-anak mereka.

“Ah, kami ini hanya masyarakat miskin dan bodoh. Mengadu pun tak ada yang menggubris, tak ada yang mendengar. Ya, cuma bisa pasrah… mungkin Tuhan juga tidak tinggal diam,” lirih seorang orang tua, menyerahkan harapan terakhirnya pada keajaiban.

Perjuangan Tanpa Pilihan: Langkah Kecil Menuju Masa Depan

Di antara penerima KIP di SDN 1 Garumukti, ada anak yatim, yatim piatu, dan mereka yang hidup dalam keterbatasan. Bantuan yang seharusnya menjadi penyambung harapan kini tak lagi mereka rasakan.

Sebagian dari mereka telah melanjutkan ke sekolah menengah pertama, namun perjalanan menuju ilmu tak pernah mudah. Dengan lokasi sekolah yang jauh, mereka harus berjalan kaki selama satu jam setiap hari.

“Kalau berangkat pagi masih bisa naik elf, tapi kalau pulang tidak ada elf, jadi terpaksa jalan kaki,” ungkap seorang siswa dengan pasrah. Setiap langkah mereka bukan sekadar perjalanan, melainkan perjuangan tanpa pilihan.

Pewarta: AK
Editor: Warsono

Ikuti saluran Kabaran Jabar Portal Informasi di WhatsApp:

0Komentar

Pasang Iklan Disini: 0878-5243-1990
Seedbacklink