TfY7GUziTSC9BSGpTSOoBUz7TY==
Light Dark
Payou: Dari Limbah Kain Jadi Fashion Berkelas

Payou: Dari Limbah Kain Jadi Fashion Berkelas

Payou: UMKM Cimahi yang Mengubah Limbah Kain Menjadi Karya Fashion Berkelas
Daftar Isi
×
Kabaran Jabar, - Di tengah geliat industri kreatif, sebuah UMKM asal Cimahi bernama Payou semakin menunjukkan eksistensinya di dunia fesyen dan kerajinan. Dengan memanfaatkan limbah kain, Payou mampu menciptakan produk unik dan berkualitas tinggi. Bahkan, salah satu produk unggulannya, berupa outer, pernah dikenakan oleh mantan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Uno.

Dari Pelatihan ke Eksistensi Pasar


Pemilik Payou, Rini Nurdiani, telah menjalani berbagai pelatihan sebagai bagian dari UMKM binaan BRI. Mulai dari ecoprint, ekspor-impor, hingga pelatihan bisnis lainnya, semua itu menjadi modal berharga bagi Payou dalam mengembangkan produknya. Tidak hanya itu, bantuan permodalan melalui Kredit Usaha Rakyat (KUR) BRI juga membantu dalam memperbesar skala produksi mereka.

Namun, meski sudah mendapat berbagai fasilitas, Rini mengungkapkan bahwa tantangan terbesar masih terletak pada pemasaran. Informasi yang kurang tersampaikan dengan baik membuat Payou kerap tertinggal dalam mengikuti pameran besar, seperti Karya Brilian atau program ekspor. “Kemarin produk kami sempat dipajang di Kementerian BUMN oleh BRI, dan itu sangat membantu branding. Tapi untuk ikut pameran besar, kami masih tertinggal,” ujar Rini.

Harapan Menuju Pasar yang Lebih Luas


Ke depan, Rini berharap bisa mendapatkan lebih banyak kesempatan untuk mengikuti pameran dan memperluas jangkauan pasar hingga ke tingkat ekspor. Dengan kapasitas produksi sekitar 30 hingga 40 potong per bulan, Payou masih menghadapi keterbatasan pasar lokal di Cimahi yang belum sepenuhnya mendukung produk premium. Namun, respons pasar di kota besar seperti Bandung dan Jakarta menunjukkan potensi besar bagi Payou untuk berkembang lebih jauh.

Keunikan desain dan kualitas handmade dengan teknik sulam menjadi daya tarik tersendiri bagi produk Payou. Harga yang berkisar antara Rp450 ribu hingga Rp1,5 juta tidak menjadi penghalang bagi konsumen yang mengutamakan nilai estetika dan keberlanjutan dalam fesyen. “Saat Pak Sandiaga Uno memakai outer kami, dampaknya sangat terasa terhadap penjualan. Bahkan, batik yang dipakai saat pelantikan Wali Kota Cimahi juga menarik perhatian banyak orang,” tambahnya.

Dukungan dari Rumah BUMN


Menurut Koordinator Rumah BUMN Bandung, Supriatna, UMKM yang tergabung dalam Rumah BUMN memiliki banyak keuntungan, seperti kesempatan mengikuti pameran dan akses ke berbagai pelatihan. Dengan adanya program inkubator dari BRI, UMKM binaan dapat diklasifikasikan berdasarkan kesiapan mereka dalam ekspor, digitalisasi, dan pemasaran online.

Setiap tahun, BRI mengadakan event yang melibatkan UMKM binaannya, memberikan peluang lebih besar bagi mereka untuk dikenal lebih luas. “Semua UMKM ini sudah pasti diberikan pelatihan. Bahkan, mereka bisa request narasumbernya sendiri sesuai dengan kebutuhan mereka,” jelas Supriatna.

Dengan semakin banyaknya dukungan dari pemerintah dan lembaga perbankan, diharapkan UMKM seperti Payou dapat terus berkembang dan memperkuat ekonomi lokal. Keberhasilan mereka bukan hanya sekadar cerita sukses, tetapi juga inspirasi bagi banyak pelaku usaha lainnya untuk terus berinovasi dan beradaptasi dalam industri kreatif yang semakin kompetitif.
Payou: Dari Limbah Kain Jadi Fashion Berkelas


Pewarta: red
Editor: Warsono
Sumber Foto: Republika

Ikuti saluran Kabaran Jabar Portal Informasi di WhatsApp:

0Komentar

https://jabar.kabaran.id/p/bergabunglah-peluang-karier-di-dunia.html
Pasang Iklan Disini: 0878-5243-1990
Seedbacklink