TfY7GUziTSC9BSGpTSOoBUz7TY==
Light Dark
Cuaca Tak Menentu, Kasus DBD di Cimahi Masih Mengancam Meski Turun

Cuaca Tak Menentu, Kasus DBD di Cimahi Masih Mengancam Meski Turun

Cuaca Tak Menentu, Kasus DBD di Cimahi Masih Mengancam Meski Turun
Daftar Isi
×
Kabaran Jabar, - Perubahan iklim yang kian sulit diprediksi bukan hanya membuat aktivitas harian terganggu, tapi juga membawa dampak nyata pada sektor kesehatan. Salah satu buktinya, peningkatan kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) yang masih menghantui warga Kota Cimahi.

Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Cimahi mencatat, hingga Juni 2025 telah terjadi 216 kasus DBD, termasuk satu kematian. Meski jumlah ini lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya, lonjakan dan penurunan kasus yang tidak konsisten tetap menjadi sorotan.

“Pada 2023 tercatat 350 kasus, dengan 39 di antaranya terjadi pada bulan Juni. Tahun 2024 melonjak drastis hingga 850 kasus, termasuk 45 kasus pada Juni,” ujar Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinkes Kota Cimahi, Moh. Dwihadi Isnalini, saat dikonfirmasi Rabu (9/7/2025).

Tren fluktuatif pun tercermin sepanjang empat bulan terakhir. Maret mencatat 26 kasus, naik menjadi 37 kasus pada April, lalu menurun menjadi 28 di Mei, sebelum kembali naik ke 34 kasus pada Juni. Awal Juli, lima kasus baru sudah dilaporkan.

Wilayah dengan sebaran kasus tertinggi meliputi Kelurahan Melong dan Leuwigajah dengan masing-masing 31 kasus, serta Kelurahan Cigugur dengan 30 kasus.

Meski Angka Bebas Jentik (ABJ) Cimahi mencapai 95,8 persen, Dwihadi mengingatkan bahwa keberhasilan pengendalian DBD sangat bergantung pada perilaku masyarakat. “Lingkungan bersih, kebiasaan hidup sehat, serta cuaca, semuanya saling terkait,” jelasnya.

Cuaca ekstrem yang membawa hujan deras lalu disusul panas terik menciptakan siklus sempurna bagi nyamuk Aedes aegypti berkembang biak. “Genangan air akibat hujan yang tak langsung mengering jadi tempat ideal bagi nyamuk. Siklus hidupnya pun makin cepat,” tambah Dwihadi.

Sebagai respons, Dinkes Cimahi mendorong masyarakat untuk konsisten melakukan Gerakan 3M Plus: Menguras tempat penampungan air, Menutup wadah air, dan Mendaur ulang barang bekas, serta tindakan tambahan seperti penggunaan kelambu, lotion antinyamuk, dan fogging selektif.

“DBD bukan hanya persoalan medis. Ini juga bagian dari tantangan perubahan iklim yang butuh respons lintas sektor. Kami terus mengedukasi warga dan memantau wilayah rawan untuk menekan angka kasus,” pungkas Dwihadi. *



Ikuti saluran Kabaran Jabar Portal Informasi di WhatsApp:

0Komentar