Belajar dari Peristiwa, Keledai Saja Tidak Jatuh Ke Dua Kali |
Kalimat pertanyan ini adalah kritisme Allah pada manusia yang sepertinya malas menggunakan akalnya, pikirannya dan kemampuan menganalisa, mengamati, memperhatikan, menghitung sebagai potensi manusia yang tak dimiliki oleh mahluk manapun
Manusia dengan akalnya, harus belajar dari peristiwa yang dilihat, didengar olehnya, termasuk peristiwa yang dialami oleh dirinya sendiri, “Wa fi Anfusikum, Afala Tubshirun” (di dalam dirimu apakah kamu tidak melihat?”
Pengalaman harus jadi guru terbaiknya, tentu saja tidak hanya dari pengalaman dirinya sendiri, tapi juga belajar dari yang dialami oleh orang lain. Kita tidak mesti belajar jatuh, harus jatuh dulu, tetapi kita bisa belajar dari orang lain yang jatuh.
Sejatinya setiap orang harus bisa belajar dari kesalahan yang telah dilakukannya. Namun tak sedikit yang tak menggunakan kecerdasan akalnya, spiritualnya hingga berulang melakukan kesalahan yang sama, bahkan dengan cerita yang mirip sama, yang beda hanyalah waktu dan para pemerannya saja.
Kita pun diingatkan oleh pepatah, "Keledai saja tak jatuh di lubang yang sama sampai dua kali,".
Jika saja keledai tak bodoh-bodoh amat untuk sampai terperosok dua kali ke lubang yang sama, masa sih manusia harus jatuh ke lobang yang sama.
Tapi namanya juga manusia, ada saja yang jatuh ke dua kali bahkan ke tiga kali. Wallahu'alam.
Oleh: Idat Mustari
Pemerhati Sosial dan Advokat
Posting Komentar untuk "Belajar dari Peristiwa, Keledai Saja Tidak Jatuh Ke Dua Kali"