Hari Jomblo: Simbol Kesendirian dan Perayaan Kebebasan
Kabaran Jabar, - Pada mulanya, tanggal 11 November atau 11/11 hanya dianggap sebagai hari biasa bagi mereka yang berstatus lajang untuk menikmati kebebasan dan merayakan statusnya. Ide awalnya muncul dari para pelajar di Tiongkok yang pertama kali menyebut hari ini sebagai "Hari Jomblo".
Dalam budaya Tiongkok, angka 1 mencerminkan kesendirian, sehingga tanggal 11/11 (empat angka 1) menjadi simbol sempurna untuk merayakan kehidupan lajang.
Perayaan ini lebih menekankan pada kebebasan, kesempatan, dan pengakuan diri bagi mereka yang belum memiliki pasangan. Banyak yang memanfaatkan hari ini untuk bersosialisasi, mengikuti kegiatan dengan teman-teman, atau sekadar menikmati waktu sendiri sebagai bentuk self-care. Sementara itu, sebagian lainnya memilih untuk merayakan secara lebih sederhana dan reflektif.
Namun, pada tahun 2009, Hari Jomblo mengalami transformasi besar. Alibaba, perusahaan e-commerce raksasa dari Tiongkok, melihat potensi komersial dari tanggal ini dan menjadikannya event belanja besar-besaran dengan penawaran diskon menggiurkan. Sejak saat itu, Singles' Day berubah menjadi fenomena global, mengalahkan perayaan belanja populer lainnya seperti Black Friday dan Cyber Monday.
Merayakan status lajang sepenuhnya bersifat opsional, tergantung pada perspektif individu. Bagi sebagian orang, ini adalah momen untuk merayakan kemandirian, kebebasan, dan menikmati hidup tanpa keterikatan. Bagi yang lain, perayaan ini mungkin tidak relevan, tergantung bagaimana mereka memandang status lajang itu sendiri.
Intinya, baik dalam hubungan maupun lajang, menerima dan menghargai diri sendiri adalah hal yang utama. Kebahagiaan sejati datang dari pemahaman dan penerimaan diri, apa pun status hubungan kita.
(Ayo ikuti saluran WhatsApp Kabaran Jabar Portal Informasi biar enggak ketinggalan update)
Pewarta: Mas Bons
Editor: Warsono
Posting Komentar untuk "Hari Jomblo: Simbol Kesendirian dan Perayaan Kebebasan"