Post ADS 1

Mengenal Kehidupan Petani Kopi di Desa Buninagara

Mengenal Kehidupan Petani Kopi di Desa Buninagara
Mengenal Kehidupan Petani Kopi di Desa Buninagara - Perjalanan menuju Desa Buninagara di Kecamatan Sindangkerta, Bandung Barat, memang menguji keberanian para pengendara. (Foto: Dokumen Starbucks Indonesia)

Kabaran Jabar, - Perjalanan menuju Desa Buninagara di Kecamatan Sindangkerta, Bandung Barat, memang menguji keberanian para pengendara.

Jalan yang berkelok dan menanjak tajam membuat medan ini sulit dilalui, apalagi bagi minibus atau sedan yang rentan mengalami kesulitan.

Berada di ketinggian sekitar seribu meter di atas permukaan laut, Desa Buninagara memiliki tanah subur yang ideal untuk perkebunan kopi dan berbagai tanaman hortikultura, menawarkan panorama alam yang memukau bagi yang berani melintasi jalurnya.

Kunjungan Starbucks Indonesia ke Desa Buninagara: Mengenal Kehidupan Petani Kopi

Sebagaimana dilansir Kabaran Jabar, pada Minggu, 3 November 2024, Tempo dan rombongan dari Starbucks Indonesia berkesempatan mengunjungi Desa Buninagara yang terletak sekitar satu jam dari pusat Kota Bandung, 16 Oktober 2024.

Desa ini terdiri dari empat dusun, dengan dusun pertama sebagai pusat utama perkebunan kopi, di mana mayoritas warganya adalah petani kopi. Di dusun kedua, terdapat pula petani kopi, meski jumlahnya tidak sebanyak di dusun pertama.

Kunjungan ini memberikan wawasan mendalam tentang kehidupan petani kopi di desa yang berada di dataran tinggi tersebut. 

Budaya Bertani Kopi yang Mengakar di Desa Buninagara

Ketika diwawancarai oleh Tempo, Badi Munawir, Sekretaris Desa Buninagara, mengungkapkan bahwa tradisi bertani kopi di dusun satu sudah berlangsung selama 20 hingga 30 tahun.

Warga di dusun ini memang menjadi pelopor perkebunan kopi di desa, sementara dusun lainnya mulai mengikuti setelah melihat keberhasilan yang dicapai.

"Dulu, warga dusun tiga lebih banyak menanam pohon untuk diambil kayunya. Namun, setelah melihat hasil kopi dari dusun satu yang cukup menguntungkan, terjadi proses re-edukasi di dusun lain. Mereka kemudian berusaha mencontoh keberhasilan dusun satu dalam perkebunan kopi," ujar Badi.

Kini, persentase petani kopi di dusun satu meningkat dari sekitar 3 persen menjadi 5 persen. Kondisi tanah yang asam dengan pH ideal dan ketinggian hingga 1.000 meter di atas permukaan laut membuat wilayah ini sangat cocok untuk tanaman kopi. Berbeda dengan dataran rendah yang kurang mendukung, dataran tinggi ini menghasilkan biji kopi berkualitas yang semakin menarik minat penduduk desa untuk bercocok tanam kopi.

Keuntungan Ekonomi Kopi bagi Warga Desa Buninagara

Badi Munawir menjelaskan alasan pihak desa mendorong warganya menanam kopi dibandingkan pohon kayu. Penanaman pohon membutuhkan waktu 7 hingga 10 tahun untuk siap ditebang, sementara kopi hanya perlu 1 hingga 2 tahun untuk mulai dipanen. Tanaman kopi juga bisa dipanen setiap tahun dengan perawatan yang baik, seperti penyiangan dan pemupukan, berbeda dengan pohon kayu yang setelah ditebang tidak bisa dihasilkan lagi.

"Tanaman kopi memberikan panen berkala yang lebih menguntungkan secara ekonomi. Namun, untuk menjaga keseimbangan alam, sebaiknya warga menerapkan pola agroforestri, di mana kopi ditanam berdampingan dengan pohon kayu. Dengan cara ini, ekonomi tetap berputar, dan kelestarian lingkungan tetap terjaga," ujar Badi.

Petani Buninagara Beralih ke Kopi Arabika untuk Hasil Lebih Baik

Badi Munawir mengungkapkan bahwa petani kopi di Desa Buninagara kini lebih banyak menanam kopi arabika daripada robusta. Pergeseran ini terjadi berkat bantuan bibit kopi arabika dari Dinas Kehutanan, meski beberapa warga tetap mencari bibit lokal kopi robusta untuk variasi.

Menurut Badi, menanam kopi tak membutuhkan modal besar. Bibit dapat diperoleh dari sumber lokal, dan lahan tersedia melalui kerja sama dengan Perum Perhutani dengan sistem bagi hasil. Selain itu, petani bisa menghemat biaya dengan menggunakan pupuk organik, memanfaatkan bahan-bahan alami untuk menjaga kesuburan tanah. Peralihan ke kopi arabika pun diharapkan memberi peluang ekonomi yang lebih menguntungkan bagi warga desa.

Meningkatkan Kesejahteraan Warga Desa Buninagara Melalui Perkebunan Kopi dan Program Pemberdayaan

Pertanian kopi di Desa Buninagara diharapkan mampu meningkatkan taraf hidup warga, terutama bagi sekitar 20 persen atau 600-700 kepala keluarga yang terdata dalam kategori miskin pada DTKS 2023. Badi Munawir menyebut bahwa Pemerintah Desa Buninagara telah menerbitkan sekitar 300 SKU (Surat Keterangan Usaha) pada 2023, yang menjadi syarat utama untuk mengajukan pinjaman bank. Sebelumnya, pada 2022 ada sekitar 200 SKU yang dikeluarkan, dan hingga September 2024 tercatat sudah 100 SKU terbit bagi warga yang ingin mendapatkan modal usaha, biaya pendidikan, dan perbaikan tempat tinggal.

Program peningkatan kesejahteraan ini turut didukung oleh Starbucks Indonesia melalui Bentani, sebuah inisiatif pemberdayaan perempuan yang dikelola oleh Starbucks Foundation bersama LSM Mercy Corps Indonesia. Bentani bertujuan memberdayakan istri petani kopi dan perempuan muda dengan keterampilan usaha non-pertanian, akses pasar, dan mentoring digital. Menurut Navita Hani, Program Manager Mercy Corps Indonesia, Bentani kini memasuki fase kedua dengan investasi sebesar USD 500 ribu atau Rp7,8 miliar, setara dengan fase pertama. Di Desa Buninagara, ada 253 peserta program ini, yang berlangsung dari Januari 2023 hingga Januari 2025.

Rika Ernawati, ibu rumah tangga asal Buninagara, merasa terbantu dengan program Bentani. Berasal dari keluarga petani kopi, Rika kini mengelola warung sembako, menjual jajanan anak, serta menerima pesanan kue. Melalui Bentani, ia mendapatkan wawasan baru, memperluas jaringan, dan meningkatkan kemampuan mengelola keuangan melalui pelatihan literasi finansial.

Bagi pengunjung yang tertarik melihat kebun kopi di Desa Buninagara, rute dari Stasiun Padalarang ke arah Cimareme-Batujajar bisa ditempuh. Setelah perjalanan sejauh 5,1 kilometer, masuklah ke Desa Mukapayung dan lanjutkan ke Desa Buninagara di Kecamatan Sindangkerta. Sepanjang jalan, pengunjung akan disuguhi pemandangan sawah dan pegunungan yang menyejukkan mata. *

(Ayo ikuti saluran WhatsApp Kabaran Jabar Portal Informasi biar enggak ketinggalan update)

Kontributor: Mas Bons
Editor: Warsono

Posting Komentar untuk "Mengenal Kehidupan Petani Kopi di Desa Buninagara"

Ketika dunia memberi tantangan, kita sering merasa ragu, seakan tak mampu menghadapi segala hal yang datang. Namun, dalam setiap perjalanan hidup, ada kekuatan yang lebih besar dari ketakutan kita: kepercayaan pada diri sendiri. Lirik-lirik lagu seringkali menjadi cermin dari perasaan ini, mengingatkan kita untuk tetap tegar meski angin hidup tak selalu sejalan dengan harapan.

Post ADS 1
Iklan Baris
Membuat Web Propesional. - Hub: - Kabaran Market di 0878-5243-1990
Penjualan Motor
- - -
Seedbacklink