Kabaran Jabar, - Pekerjaan pembukaan jalan di Desa Ciasmara kembali dihadapkan pada persoalan teknis yang tidak bisa dianggap remeh. Efendi, pelaksana lapangan proyek, mengaku sempat dibuat kewalahan mencari lokasi pembuangan tanah galian dari alat berat yang terus menumpuk selama proses pelebaran badan jalan.
Volume tanah sisa penggalian menjadi perhatian serius karena bila tidak dikelola dengan tepat dapat menimbulkan dampak lingkungan maupun mengganggu mobilitas warga. Efendi menuturkan, risiko terbesar muncul saat musim hujan.
“Kalau curah hujan tinggi, tanah bisa terbawa air dan jatuh ke jalan. Itu jelas membahayakan kendaraan dan membuat akses warga terganggu,” ungkapnya, Selasa (25/11/2025).
Upaya penanganan limbah tanah tidak berjalan mulus. Penentuan lokasi penampungan memakan waktu cukup panjang karena harus memenuhi beberapa syarat: kontur lahan aman, jauh dari jalur kendaraan, dan minim potensi longsor.
Setelah melakukan survei berkali-kali, Efendi akhirnya menetapkan lokasi pembuangan di area datar yang lebih jauh dari permukiman. Meski demikian, ancaman masih membayangi karena belum tersedia sistem penahan, pengamanan gundukan tanah, maupun drainase yang memadai.
Proyek pembukaan jalan ini merupakan bagian dari Program Padat Karya Tunai Desa dengan tujuan memperluas akses transportasi dan membuka peluang kerja bagi warga lokal.
Namun, kasus limbah tanah ini menegaskan bahwa pembangunan infrastruktur, meskipun berada di tingkat desa, tetap membutuhkan perencanaan teknis yang matang agar tidak menimbulkan persoalan baru.
Pengawasan berkelanjutan dan penerapan sistem drainase serta penahan tanah dinilai menjadi kunci agar proyek ini berjalan aman dan tidak merugikan masyarakat sekitar. Situasi yang dialami Efendi menjadi pengingat bahwa efisiensi konstruksi harus berjalan beriringan dengan keselamatan lingkungan dan publik (Poy)
Ikuti saluran Kabaran Jabar Portal Informasi di WhatsApp:

0Komentar