Merangkul Ketidakkekalan: Pelajaran dari Siklus Kehidupan |
Kabaran Jabar, - Dalam kehidupan ini, tidak ada yang abadi. Segala sesuatu cenderung berubah dan berfluktuasi. Pergantian siang dan malam adalah contoh yang baik untuk menggambarkan bahwa segala sesuatu memiliki siklus dan keadaan yang berubah-ubah.
Hal ini berlaku tidak hanya untuk masalah dan kesulitan, tetapi juga untuk hubungan, emosi, dan situasi dalam kehidupan kita.
Penting bagi kita untuk menyadari bahwa tidak ada yang tetap dan bahwa perubahan adalah bagian alami dari kehidupan. Dalam menghadapi perubahan, penting untuk tetap fleksibel dan terbuka terhadap adaptasi.
Kita perlu belajar menghadapi tantangan dan kesulitan dengan sikap yang positif dan tekad yang kuat. Begitu juga dengan momen-momen bahagia dan kelapangan, kita harus menghargainya dan tidak mengambilnya sebagai sesuatu yang pasti.
Dalam hubungan dengan orang lain, penting untuk memahami bahwa tidak ada hubungan yang selalu harmonis atau konflik yang berlangsung selamanya.
Kita perlu belajar memahami perubahan dalam hubungan dan menjaga komunikasi yang baik untuk mengatasi perbedaan atau konflik yang mungkin muncul.
Kehidupan adalah tentang perubahan dan fluktuasi. Kita perlu mengapresiasi setiap momen yang kita miliki dan menghadapi perubahan dengan sikap yang positif dan tekad yang kuat. Seperti kata Hal Borland,
"Tidak ada musim dingin yang berlangsung selamanya; tidak ada musim semi yang melewatkan gilirannya."
Satu saat kita mungkin saja berkenalan dengan seseorang yang kemudian menjadi teman. Kita puja-puji ia sebagai teman yang baik. Namun, entah berapa lama kemudian, teman itu bisa berubah menjadi musuh. Atau sebaliknya, seseorang yang dulunya dianggap musuh berubah menjadi teman. Inilah yang seharusnya menyadarkan kita agar mencintai dan membenci seseorang sewajarnya saja, sebab cinta bisa berubah jadi benci dan benci bisa berubah jadi cinta.
Seperti dalam syair Arab yang berbunyi:
"Ahbib habiibaka haunan ma asa ayyakuna ba'idhoka yauman ma. Ab'id ba'idhoka haunan ma asa ayyakuna habiibaka yauman ma."
"Cintailah kekasihmu sekadarnya saja, sebab bisa jadi suatu saat kelak kamu akan membencinya, dan jika kamu benci seseorang, bencilah dengan sewajarnya saja, sebab mungkin kelak suatu saat kamu akan mencintainya."
Inilah pelajaran dari universitas kehidupan, agar kita tidak terkaget-kaget ketika ada yang berubah, sebab memang pada hakikatnya di dunia ini tidak ada yang abadi. Wallahualam. *
Oleh: Warsono
Editor: Mas Bons
Posting Komentar untuk "Merangkul Ketidakkekalan: Pelajaran dari Siklus Kehidupan"