Post ADS 1

Eksistensi Bandung Underground: Kreatifitas Dalam Keterbatasan Ruang

Eksistensi Bandung Underground: Kreatifitas Dalam Keterbatasan Ruang
Eksistensi Bandung Underground: Kreatifitas Dalam Keterbatasan Ruang

Kabaran Jabar, - Sulitnya ruang ekspresi bagi Bandung Underground membuat komunitas ini sempat menghilang dari panggung hiburan. Namun, dengan semangat militan, mereka tetap eksis hingga sekarang.

Potret eksistensi Bandung Underground saat ini lebih beragam. Tidak lagi dengan konser besar di GOR Saparua seperti dulu, kini mereka tersebar di berbagai titik di Kota Bandung dan sekitarnya, memilih tempat acara musik dengan kapasitas penonton terbatas.

Meski tidak berkumpul dalam massa besar, potensi berkreasi tetap hidup melalui kelompok kecil yang tersebar hingga pelosok. Generasi sekarang telah mewarisi semangat militansi ini.

Agung Haze dari grup Haze menilai generasi sekarang mengikuti komunitas yang sudah ada, bukan membangunnya dari awal. Ia bangga dengan perkembangan pesat Bandung Underground yang mampu mempertahankan semangat kreatifitas meski dengan dukungan pemerintah yang minim, seperti sulitnya perijinan konser. 

Modal semangat saja cukup untuk menghidupkan komunitas Bandung Underground. Agung tidak peduli dengan band-band berorientasi ekonomi yang populer di pasaran, karena mereka memiliki musik dan pengikut sendiri. 

Meski menghadapi kendala tempat dan birokrasi, Agung melihat teknologi informasi sebagai solusi untuk tetap eksis, dengan memanfaatkan media sosial dan internet untuk komunikasi dan promosi, termasuk mencari peluang manggung di luar negeri. Banyak band underground Bandung yang sudah tampil di mancanegara.

Eko Riyantono, salah satu pendiri Bandung Underground, mengenang masa-masa sulit di awal berdirinya komunitas ini pada tahun 1994, mulai dari kesulitan tempat manggung, perijinan, hingga penolakan masyarakat.

Sejarah Bandung Underground dimulai dari studio musik legendaris, Reverse, di Sukasenang, yang didirikan oleh Richard Mutter dan Helvi.

Studio ini juga menjadi distro dan label independen yang meluncurkan album kompilasi pertama pada tahun 1997. Bandung Underground tidak bisa dilepaskan dari komunitas Ujungberung yang mendirikan studio Palapa pada awal 1990-an, membesarkan band-band cadas seperti Jasad, Forgotten, dan lainnya.

GOR Saparua adalah tempat penting dalam sejarah Bandung Underground, menjadi saksi lahirnya banyak band indie dan menyelenggarakan pertunjukan fenomenal seperti Hullabaloo dan Bandung Berisik.

Bandung dikenal sebagai barometer musik underground dengan berbagai genre seperti industrial-techno, hardcore, punk, dan lainnya. Kini, lebih dari 500 band mengidentifikasikan diri sebagai bagian dari Bandung Underground, mencerminkan keragaman kreativitas yang membanggakan.

Artikel ini telah tayang di BonsPunksCimahiOnline dengan judul Militansi Bandung Underground, pada 2011.

Editor: Mas Bons

(Ayo ikuti saluran WhatsApp Kabaran Jabar Portal Informasi biar enggak ketinggalan update)

Posting Komentar untuk "Eksistensi Bandung Underground: Kreatifitas Dalam Keterbatasan Ruang"

Ketika dunia memberi tantangan, kita sering merasa ragu, seakan tak mampu menghadapi segala hal yang datang. Namun, dalam setiap perjalanan hidup, ada kekuatan yang lebih besar dari ketakutan kita: kepercayaan pada diri sendiri. Lirik-lirik lagu seringkali menjadi cermin dari perasaan ini, mengingatkan kita untuk tetap tegar meski angin hidup tak selalu sejalan dengan harapan.

Post ADS 1
Iklan Baris
Membuat Web Propesional. - Hub: - Kabaran Market di 0878-5243-1990
Penjualan Motor
- - -
Seedbacklink