Partai Gelora dan PKS tengah terlibat dalam konflik yang memanas karena masalah potensialnya bergabung ke dalam Pemerintahan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka. |
Memanas, Konflik Gelora dan PKS
Kabaran Jakarta, - Partai Gelora dan PKS tengah terlibat dalam konflik yang memanas karena masalah potensialnya bergabung ke dalam Pemerintahan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka.
Perselisihan ini dimulai ketika Sekjen Partai Gelora, Mahfuz Sidik, menolak dukungan PKS terhadap pemerintahan tersebut.
Dia menyoroti perbedaan sikap antara elit PKS dan pendukungnya serta mengungkit serangan ideologis PKS terhadap Prabowo-Gibran selama kampanye.
Mahfuz juga mengingatkan publik tentang narasi memecah belah dan pengkhianatan yang pernah diusung oleh PKS terhadap Prabowo.
"Pentingnya untuk menghindari narasi yang memecah belah politik dan ideologi, seperti yang diingatkan oleh Jokowi dan Prabowo," imbuhnya.
Ketua DPP PKS, Mardani Ali, merespons penolakan Partai Gelora dengan menyindir balik melalui sebuah video.
Dia menyampaikan pertanyaan sambil tertawa, "Oposisi apa koalisi? Ha-ha-ha." Siti Oniah, istrinya yang juga kader PKS, memberikan sindiran kepada pihak yang menolak PKS, menyatakan rasa terima kasih karena partai tersebut tidak lolos seleksi PT.
Mardani menjelaskan bahwa proposal program PKS dan Ketum Partai Gelora, Anis Matta, berbeda, termasuk visinya.
"Saya menegaskan bahwa tetap menjadi oposisi, dapat memastikan pemerintah bekerja untuk kepentingan rakyat," kata Mardani seperti dilihat detikcom, Senin (29/4/2024).
Wakil Ketua Umum Partai Gelora, Fahri Hamzah, memberikan tanggapannya terhadap serangan PKS terhadap partainya.
Fahri menyatakan bahwa penolakan terhadap PKS bukan karena alasan pribadi, tetapi lebih terkait dengan isu internal di dalam PKS itu sendiri.
Menurutnya, keinginan PKS untuk bergabung dengan pemerintahan Prabowo-Gibran tidak menjadi masalah dengan partai lain, termasuk Partai Gelora yang belum mendapatkan posisi di level nasional.
Namun, dia menilai bahwa masalah tersebut lebih terkait dengan gagasan dan ideologi PKS yang sulit untuk dikompromikan dengan pihak manapun.
Fahri mengusulkan agar PKS mempertimbangkan kembali keputusannya untuk bergabung dengan pemerintahan Prabowo-Gibran, terutama setelah kekalahan mereka pada Pilpres 2024.
"Partai Gelora tidak memiliki masalah dengan PKS jika mereka ingin bergabung, namun yang dipertanyakan adalah pemikiran, gagasan, dan ideologi PKS itu sendiri. Bagi saya, hal tersebut harus menjadi pertimbangan internal bagi PKS, bukan masalah dengan partai lain," ujarnya. *
Berita Lainnya:
Editor: Mas Bons
Posting Komentar untuk "Memanas, Konflik Gelora dan PKS"