TfY7GUziTSC9BSGpTSOoBUz7TY==
Light Dark
Ironi Cahaya Padam di Hari Listrik Nasional

Ironi Cahaya Padam di Hari Listrik Nasional

Ironi Cahaya Padam di Hari Listrik Nasional
Daftar Isi
×
Kabaran Jabar, - Hari Listrik Nasional sejatinya menjadi momentum refleksi atas kemajuan bangsa dalam menghadirkan energi yang andal dan merata bagi seluruh rakyat Indonesia.

Namun, beberapa hari sebelum peringatan itu, Selatpanjang di Kepulauan Meranti justru diselimuti kegelapan bukan karena malam, melainkan karena listrik yang terus padam tanpa kepastian.

Pantauan dilapangan wartawan Kabaran.id, ratusan warga pun turun ke jalan menuntut keadilan.

Pemadaman yang bahkan terjadi saat Salat Jumat dan Magrib menggambarkan betapa rapuhnya sistem kelistrikan di daerah tersebut.

Aktivitas ekonomi lumpuh, ibadah terganggu, dan rumah-rumah gelap menjadi simbol nyata bahwa janji pelayanan energi masih jauh dari kenyataan.

Listrik bukan sekadar sumber cahaya, melainkan nadi kehidupan masyarakat modern dari dapur, sekolah, hingga rumah ibadah.

Ketika pasokan terputus tanpa solusi konkret, yang padam bukan hanya arus listrik, tapi juga kepercayaan publik terhadap lembaga penyedia layanan.

Fenomena di Selatpanjang bukan satu-satunya. Dari Sumatera hingga Indonesia Timur, keluhan serupa menggema: jaringan lemah, mesin tua, hingga lambannya respons perbaikan.

Masyarakat kembali menjadi korban, terjebak dalam gelap sambil menunggu janji normalisasi yang tak kunjung pasti.

Menjelang Hari Listrik Nasional, sudah seharusnya PLN dan pemerintah menjadikan momen ini sebagai ajang introspeksi nasional.

Semangat “menerangi negeri” tidak cukup hanya terpampang di spanduk perayaan, tetapi harus diwujudkan melalui pemerataan layanan dan transparansi informasi.

Evaluasi terbuka mesti dilakukan, mulai dari pasokan bahan bakar, perawatan mesin pembangkit, hingga jadwal pemadaman yang jujur dan terencana.

Publik berhak tahu apa yang sebenarnya terjadi, bukan sekadar mendengar janji pemulihan yang terus diundur.

Energi listrik adalah hak dasar warga negara, bukan fasilitas yang boleh diputuskan semaunya.

Maka, memperbaiki sistem kelistrikan bukan hanya tugas teknis, tetapi juga bentuk tanggung jawab moral terhadap rakyat.

Hari Listrik Nasional akan benar-benar bermakna jika disambut dengan langkah nyata memastikan setiap rumah di Indonesia, dari kota hingga pelosok, tidak lagi hidup dalam ketidakpastian cahaya.

Salah satu warga Selatpanjang yang enggan disebutkan namanya mengungkapkan rasa kekecewaan.

“Setiap hari kami harus menebak kapan listrik menyala. Kalau terus begini, untuk apa ada Hari Listrik Nasional?”, tegasnya, pada Jum'at (24/10/2025).

"Kami hanya berharap, kejadian seperti ini tidak terulang kembali," pungkasnya. (Bd20)
Ironi Cahaya Padam di Hari Listrik Nasional

Ironi Cahaya Padam di Hari Listrik Nasional
Ironi Cahaya Padam di Hari Listrik Nasional

Ikuti saluran Kabaran Jabar Portal Informasi di WhatsApp:

0Komentar